Puasa merupakan salah satu pilar dari rukun islam. Maka seyogyanya anak juga dididik untuk berpuasa sebagaimana mereka dididik untuk shalat. Pendidikan anak terkait takliful syar’i sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Artinya tidak ada batasan khusus untuk memulai kapan anak belajar puasa. Namun sebagian besar ulama sepakat bahwa hukum puasa diqiaskan dengan perintah shalat. Puasa pun segera dilatihkan pada usia 7 tahun sebagaimana perintah agar anak mulai shalat. Jika pada usia 7 tahun anak sudah dilatih, maka diharapkan pada usia 10 tahun anak sudah terlatih.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para sahabat menunjukkan bagaimana mereka mendidik anak – anak nya berpuasa sebagaimana diceritakan oleh shahabiyah Rubayyi’ binti Muawwiz ra. Tentang cara mereka mendidik anak – anak mereka berpuasa Asyura (sebelum diwajibkan puasa ramadhan) : “… dan kami melatih anak – anak kami yang masih kecil untuk berpuasa. Kami bawa mereka ke masjid dan kami buatkan mereka mainan dari bulu. Apabila diantara mereka ada yang merengek minta makan, maka kami bujuk dengan mainan itu terus hingga tiba waktu berbuka.”
Mengantarkan anak berpuasa dan memahami maknanya, bukan lah pekerjaan mudah. Perlu pendekatan yang tepat dengan memperhatikan perkembangan yang sedang berlangsung pada diri anak. Melatih anak berpuasa tidak bisa dilakukan dengan paksaan. Diperlukan proses yang bertahap. Misalnya, berpuasa dengan waktu yang tidak harus penuh.
Perlu orangtua perhatikan bahwa tujuan utama melatih anak berpuasa adalah agar pada anak tumbuh kecintaan terhadap ibadah puasa. Maka dalam pelaksanaan latihan, kegembiraan mereka menjalankan puasa harus lebih diutamakan daripada keberhasilan secara kuantitas (puasa sehari penuh)
Biasanya, seorang anak akan melaksanakn sesuatu dengan bersemangat bila ia tahu bahwa sesuatu itu memiliki efek postif (baik dari segi agama, kesehatan, maupun psikologis). Demikian halnya dengan anak kita. Bukan tak mungkin anak kita bertanya, “ Apa pentingnya puasa buatku? ”
Terlebih dahulu kita jelaskan arti bulan Ramadhan. Tanamkan kepada anak bahwa Ramadhan adalah bulan yang istimewa diantara bulan – bulan yang lainnya, dimana kita diperintah untuk berpuasa. Selain itu Allah akan melipat gandakan kebaikan. Karena itu pada bulan ini saatnya kita menebar kebaikan.
Adapun hikmah puasa sebagai berikut :
- 1. Puasa melatih kepekaan sosial
Dengan berpuasa, anak-anak kita latih untuk merasakan menahan lapar dan haus seperti orang-orang fakir miskin yang seringkali tidak dapat makan dan minum diluar bulan puasa karena tidak mampu membeli makan. - 2. Latihan Pengendalian diri (personal control)
Melalui puasa, anak dilatih untuk mengendalikan dorongan-dorongan dari dalam dirinya, baik dorongan fisiologis (makan/minum) maupun dorongan psikologis, misalnya menahan marah. Tetapi karena anak masih dalam tahapan belajar, kondisi yang minimal kita harapkan melalui pendidikan puasa adalah anak mampu mengendalikan lapar dan haus. - 3. Kesehatan jasmani
Sudah menjadi kesepakatan para ahli medis, bahwa hampir semua penyakit bersumber pada makanan dan minuman yang mempengaruhi organ – organ pencernaan didalam perut. Maka sudah sewajarnyalah jika dengan berpuasa organ-organ pencernaan didalam perut yang selama ini terus bekerja mencerna dan mengolah makanan untuk sementara diistirahatkan mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari selama 1 bulan.
Dengan berpuasa ini maka ibarat mesin, organ – organ pencernaan tersebut diservis dan dibersihkan, sehingga setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan insyaallah kita menjadi sehat baik secara jasmani maupun rohani. Hal ini sudah disabdakan oleh Rasulullah SAW. bersabda : “Berpuasalah, maka kamu akan sehat.” (HR. Ibnu Suny dan Abu Nu’aim) - 4. Kesehatan rohani (ruhiyah)
Melatih anak berpuasa sama dengan menyiapkan kebaikan diri untuk anak . Kegiatan puasa merupakan bagian penting dari kematangan kepribadian anak.
Terlepas dari manfaat – manfaatnya, perlu kita jelaskan bahwa ibadah kepada Allah itu, bukan hanya karena motif manfaat dan madharat, tapi karena Allah memerintahkan syariat tersebut.
Perlu pengkondisian anak agar benar – benar merasakan makna berpuasa di ulan ramadahan, melalui beberapa hal sebagai berikut:
- 1. Tumbuhkan kesadaran anak agar mampu merasakan kehadiran Ramadhan. Bagi anak yang sudah bisa diajak berkomunikasi, orangtua diharapkan banyak bercerita tentang keutamaan bulan Ramadhan atau kisah – kisah peperangan yang dimenangkan Rasulullah saat bulan mulia tersebut. Sejak bulan Rajab, maknai kehadiran ramadhan sebagai momentum yang dirindukan bagi anak-anak. Kita ajak anak untuk membaca do’a: “Allahuma bariklana fi rajaba wa sya’bana waballigna ramadhana” Ya Allah berkahilah kami dibulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami untuk bisa bertemu dibulan Ramadhan.
- 2. Lakukan dengan istisy’ar partisipatif, diantaranya dengan membagi kartu buatan sendiri yang berisi ucapan selamat menjalankan puasa Ramadhan pada orang-orang disekitar mereka. Partisipasi juga bisa dilakukan dengan mengajak anak – anak membagi makanan untuk berbuka bagi saudara sesama muslim.
- 3. Pengkondisian dari segi kesehatan, diantaranya:
– Menyediakan makanan yang berizi dan seimbang
– Mengkondisikan saat berbuka, antara lain berbuka dengan makanan ringan dan manis, sebagaimana dicontohkan Rasulullah ketika berbuka dengan air dan tiga butir kurma. Sedangkan makanan berat dapat dikonsumsi setelah shalat maghrib.
Tips Pembelajaran Puasa pada anak:
- 1. Komunikasikan rencana pembelajaran puasa ini dengan anak, sebelum bulan puasa. Harus ada kesepakatan dua arah dengan anak mengenai waktu (lamanya) puasa yang dijalankan.
- 2. Jawab pertanyaan anak dengan contoh yang konkrit yang menyangkut diri mereka. Diharapkan dari dialog dengan anak ini, anak mau menjalankan puasa bukan karena paksaan namun karena kesadarannya sendiri.
- 3. Hargai proses bukan hasil. Artinya, jangan terpaku pada kemampuan anak untuk mencapai target waktu lamanya puasa, akan tetapi hargai upaya anak untuk berpuasa, meskipun targetnya belum tercapai karena keterbatasan fisiknya.
- 4. Bantu anak untuk lancer berpuasa dengan membatasi stimulus – stimulus penggoda. Misalnya: membatasi nonton TV yang menampilkan iklan makanan, membatasi aktivitas fisik yang membuat anak lelah, membatasi bermain dengan anak lain yang tidak berpuasa dan melakukan aktivitas makan.
- 5. Mengisi waktu puasa dengan kegiatan yang lebih bermanfaat seperti melakukan kegiatan kreatif bersama anak.
- 6. Beri reward (penghargaan/hadiah) yang proporsional.
Berpuasa untuk menggapai ridlo Allah Subhanallahu wata’ala tentu terdengar lebih indah dibanding bila anak berpuasa hanya sekedar mendapat hadiah saat lebaran tiba. Jelaskan pada anak bahwa Allah telah menjanjikan reward jangka pendek dan panjang. Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa kebahagiaan orang berpuasa itu ada 2, yang pertama saat berbuka puasa, yang kedua masuk surga melalui pintu Ar-Rayan yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.
Demikian beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam melatih anak berpuasa dan memahami maknanya. Wallahu a’lam.(*rhlrc)
Sumber: Majalah al haromain, edisi 71, Juli 2012