Bros Mungil Untuk Umiku
Oleh dokter Vivi dokter Parenting
Pagi itu Rumah heboh semua sibuk dengan agenda masing-masing. Walau bangun pun sudah pagi karena standar pagi sholat subuh berjamaah kemasjid. Seakan tak bisa menutupi kesibukan pagi itu dengan agenda masing-masing. Ada yang sibuk akan ikut pelatihan. Ada sibuk mencari berkas-berkas penting. Ada yang bergegas mandi, mengerjakan beberapa kliping yang belum tertempel. Seakan seluruh penghuni rumah sedang menaiki sebuah jet coaster dengan kecepatan tinggi yang seakan enggan berhenti sejenak.
Tiba-tiba terdengar teriakan khas anak ketigaku, “umiiiiiiii, gimana daganganku”. Ups hari ini businnes day, ya ampun jadwal itu lupa terpampang di agenda keluarga. Seakan-akan jet coaster pun mengerem mendadak dan terhenyak bersama. Okkkeeeyyyy, seruku kita buat jelly aja ya buat dagangannya. Tapi tapi kalau gak jadi gimana?? Rengek putri kecilku.
Kulirik jam didinding, hmmm masih bisa kok Nak. Akhirnya semua anggota keluarga pun tanpa dikomando hilir mudik berusaha membantu, Alhamdulillah akhirnya jadi juga. Dengan sigap diambillah cetakan bentuk kura-kura dan panda. Sang kakak dengan sigap mencuci cetakan, si adik pun berusaha melap satu-satu agar segera kering. Setelah dicetak mereka pun sibuk dengan persiapan sekolah. Sampai tiba saatnya putriku ketiga yang feeling ini pun mulai merengek ‘Umiiii ini gak bisa diambil dari cetakannya. Ini gimana umii ditaruh dimana jualnya, aku gak bisa, umiiii………….., dijual berapa umi, terus aku mesti gimana?? pyuuuuhhhhhhh rasanya kepala seakan berdenyut tak kala jarum jam seakan melesat tak bersahabat. Dengan kata-kata yang menegaskan aku pun berusaha menjelaskan dik, ini bisa diambil lihat caranya, kita bisa letakkan dimika dan bla-balabla bla panjang kali lebar kali tinggilah petuah ala ibu-ibu. Sikecil pun hanya manyun, yang seolah dari manyunnya ia berkata ia aku tahu yang dimaksud dan aku udah apal, apalagi kalau bukan soal persiapan yang ala film “home Alone” ini, tapi ia tetap diam walau wajahnya jelas banget kalau lagi ndak sreg ama uminya ini.
Alhasil ia pun berangkat walalu pun dengan sedikit manyun seakan enggan menerima ciuman sayang yang biasanya ia minta tambah berkali-kali. Selama di pelatihan pikiranku pun tak menentu, rasanya hati ini ada yang ngganjel, pagi hari yang harusnya indah pagi ini bagaikan jet coaster yang tak terkendali, harusnya bussines day disekolahnya adalah menyenangkan tapi sepertinya pagi ini seakan seperti ruang sidang yang mengerikan. Ah andaikan hari ini bisa diulang tentu akan lebih menyenangkan tentunya dengan persiapan sehari sebelumnya yang lebih matang. Aku pun membayangkan ia pasti masih manyun sepulang sekolah.
Alhamdulillah jam 3 pun pelatihan usai. Aku pun melesat pulang seakan ingin melepas semua kepenatan yang ada. Sesampainya dirumah serta merta kulihat putri kecilku keluar dengan senyumnya yang indah. Umiiiiiii………………… ia pun menghambur kedalam pelukanku. Assalamualaikum sayang sapaku, walaikumsalam jawabnya dengan riang, “Umi…umiiii aku punya hadiah untuk umiii lho.” “ Wow apakah itu ?” sahutku terima kasih seruku walau ia sudah tidak mendengar karena Ia sudah melesat masuk dan membawa bingkisan kecil terbungkus kertas kado ala nya. Kubuka bingkisan itu wow sebuah bros handmade, makasih ya Nak. Hilang sudah semua kekhawatiranku tadikalau ia masih sakit hati dengan petuahku. Umiii umiii tadi jellynya laku, semua uang hasil jual jellynya aku belikan bros buat umi diacara bussines day tadi . Deeeegggg jantungku serasa berhenti berdetak. Ya Allah begitu sayangnya Engkau pada umimu ini nak, padahal tadi pagi umi sudah mengomel dengan tanpa henti. Hari ini anak ketigaku telah mengajariku banyak hal padaku, ia mengajariku menyayangi tanpa syarat padahal terkadang aku terlalu banyak syarat padanya bila ingin sesuatu dariku, Ia pun mengajariku memaafkan tanpa diminta dan memberikan yang terbaik dalam kehidupannya untuk orang yang dicintainya. Terima kasih sayang untuk brosnya , Maafkan umi yang masih harus banyak belajar untuk bisa menjadi orangtua yang terbaik untukmu.Semoga bros ini sebagai penanda umi untuk belajar selalu sabar kedepannya. Terima kasih ya Allah atas begitu banyak nikmat yang Engkau berikan kepada kami.